REVIEW : BODYGUARD UGAL-UGALAN


🎵 Lihat aku pandang aku di kiri di kanan, 
di depan di belakang sambil muter-muter, 
pasti terpesona pusing tujuh keliling, 
jantung berdegup keras, 
gubrak gubrak gubrak jeng jeng jeng... ðŸŽµ

Begitulah bunyi sepenggal lirik dari tembang terbaru Syahrini berjudul “Gubrak Gubrak Gubrak Jeng Jeng Jeng” yang dimanfaatkan sebagai lagu tema utama untuk Bodyguard Ugal-Ugalan. Isi liriknya sih cenderung suka-suka penggubahnya (pokoknya masukkan saja jargon-jargon andalan Syahrini) karena yang lebih penting adalah iramanya bisa bikin khalayak bergoyang. Entah denganmu, tapi buat saya pribadi, lagu ini memang catchy. Baru sekali mendengarnya, kuping langsung kecantol dan tombol replay pun dimanfaatkan. Gara-gara lagu ini, keinginan untuk menyaksikan Bodyguard Ugal-Ugalan pun semakin menguat (yang berarti fungsinya sebagai media promosi berjalan sukses). Sebelumnya, keinginan tersebut muncul semata-mata demi menyaksikan tingkah laku ajaib Princess Syahrini seraya menghibur diri yang memang sedang terserang suntuk. Tidak ada ekspektasi lain. Ya gimana mau berekspektasi, lha wong film ini mengaplikasikan formula bercerita yang sejenis dengan Komedi Moderen Gokil (2015) dan Security Ugal-Ugalan (2017) – keduanya juga diproduksi oleh MD Pictures – yang bikin saya manyun sepanjang durasi. Alhasil, saat memutuskan membeli tiket untuk Bodyguard Ugal-Ugalan, harapan saya tidak lebih dari bisa tergelak karena menyaksikan Inces (sapaan akrab Princess Syahrini) bermanjyah-manjyah ria di layar lebar. Seperti itu. 

Dalam Bodyguard Ugal-Ugalan, Syahrini memerankan dirinya sendiri. Seorang penyanyi pop papan atas yang memiliki gaya hidup glamor dan tingkah laku kenes. Suatu hari, rumah Syahrini dibobol oleh segerombolan orang yang mengenakan topeng. Mengingat dalam waktu dekat Syahrini akan mengadakan konser tunggal di Istora Senayan, maka dia dan manajernya, Nina (Ririn Ekawati), pun memutuskan untuk menyewa sejumlah pengawal demi memastikan keamanannya. Syahrini meminta bantuan kepada teman lamanya, Erin (Tamara Bleszynski), yang menjalankan usaha jasa keamanan bernama The Guardians. Tentu saja, permintaan Syahrini kepada Erin tidaklah biasa-biasa saja. Ketimbang meminta pengawal berbadan kekar dan bertampang sangar, Syahrini justru meminta pengawal yang secara tampang bisa dikategorikan unyu dan cupu. “Kalau wajahnya terlalu sangar, kita malah ketakutan sendiri,” begitu Inces dan Nina memberi alasan. Berdasarkan permintaan sang sahabat, Erin pun menugaskan Boris (Boris Bokir), Lolox (Lolox), Acho (Muhadkly Acho), Anyun (Anyun Cadel), dan Jessica (Melayu Nicole), yang sebagian diantaranya sebenarnya telah dipecat, untuk memastikan keamanan Syahrini. Mereka ikut kemanapun Princess hempas, baik itu makan malam maupun berlibur untuk menenangkan diri. Tapi seberapa keras usaha mereka menjaga Syahrini (oke ini berlebihan, karena mereka nggak ngapa-ngapain), tetap saja kecolongan. Inces diculik!


Kaget? Menurut Andaaaa? Sinopsis dan trailer resmi dari Bodyguard Ugal-Ugalan telah dengan sangat jelas (dan detil) dalam menegaskan bahwa Syahrini akan menjadi korban penculikan. Tapi demi memberi efek dramatis, tidak apa-apa berpura-pura kaget, yekannn? Toh filmnya sendiri memang tidak pernah menganggap dirinya serius. Bodyguard Ugal-Ugalan adalah suatu jenis film yang mesti ditonton dengan pikiran terbuka dan lapang dada. Apabila kamu berusaha mengkritisinya sedemikian rupa, menemploki setiap adegan dengan cibiran dan semacamnya, hati justru akan terasa pengap (kemrungsung, dalam Bahasa Jawa), lalu dongkol bukan kepalang. Tidak ada faedahnya mengomentari film yang memang sedari awal diniatkan tidak berfaedah. Akibatnya, unfaedahception (halah!). Pelajaran itu saya dapatkan setelah menonton Komedi Moderen Gokil dan Security Ugal-Ugalan yang ternyata gaya ngelawaknya tidak cocok di hati Abang. Persamaan Bodyguard Ugal-Ugalan dengan kedua film tersebut adalah formula bertuturnya yang tersusun dari sekumpulan sketsa. Mudahnya, menyerupai Warkop DKI lah. Tidak ada kesinambungan berarti antara sketsa satu dengan lainnya kecuali melibatkan Inces dan para pengawalnya. Ketidaksinambungan ini bahkan merembet saat film arahan Irham Acho Bahtiar (Epen Cupen the Movie, Security Ugal-Ugalan) ini mencoba sedikit bercerita. Terasa putus dan nggak nyambung, cuy! Jidat ini secara otomatis mengkerut, tapi kemudian kembali mulus dalam sepersekian detik saat saya mencoba mengubah cara pandang dan teringat tujuan awal menontonnya: menertawakan Syahrini. 

Kesannya julid banget nggak sih mengatakan ‘menertawakan Syahrini’? Tapi mau bagaimana lagi, Inces sendiri yang membangun personal branding dengan kata kunci ‘kenes tapi konyol’ untuk dirinya. Tugas Bodyguard Ugal-Ugalan hanyalah mengeksploitasi persona Syahrini sedemikian rupa. Kesanggupanmu untuk tertawa tergelak-gelak di film ini seringkali dipengaruhi oleh faktor ‘seberapa jauh kamu bisa menolerir tingkah laku ajaib Syahrini’. Apabila kamu tidak pernah menganggapnya lucu, maka film ini hempassssskan segera dari daftar tontonanmu. Tapi jika kamu terpesona dengan tingkahnya yang cetar membahana, bisa jadi Bodyguard Ugal-Ugalan adalah film yang manjyahhh untukmu. Berhubung saya memang menggemari kelakuan Syahrini, saya pun merasa film ini nyata manjanya. Hal yang sama berlaku pula pada gaya ngelaba yang diaplikasikan oleh film: bisakah kamu menerima guyonan receh sereceh recehnya yang dilontarkan oleh para komika? Beberapa sketsa yang ditampilkan di sini memang tidak orisinil (beberapa bisa kamu jumpai di internet), tapi rekonstruksi dengan pemain yang tepat seperti Boris Bokir, Lolox, dan Muhakdly Acho, membuatnya tetap sesekali jitu dalam mengundang tawa. Saya pun tertawa. Mungkinkah ini yang disebut sebagai ‘guilty pleasure’? Saya meyakini ya, terkadang film seperti ini pun kita butuhkan. Setidaknya, untuk target market-nya (penggemar para komika dan Inces), Bodyguard Ugal-Ugalan tergolong sukses. Hey, mereka tertawa lepas di hampir sepanjang durasi lho! Lagipula, film ini memang tidak pernah diniatkan sebagai tontonan serius jadi cara untuk meresponnya adalah dengan tidak meresponnya secara serius. Bukankah seperti itu?

Karena saya bisa dibuat tertawa berkali-kali dan sedang tidak ingin julid > Acceptable (3/5) > Sesuatu yekannn?